Lewat Rakor, Panwascam Dibubarkan. Upaya Perbaikan Pemilu Direkomendasikan

Kayu Tanam (31/01/2016). Luapan kegembiraan dan kebahagiaan terpancar dari wajah puluhan anggota Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam) se Kabupaten Padang Pariaman usai pembubaran lembaga dimaksud Minggu (31/1) sore di kawasan wisata Anai Resort, Kayutanam.

Wajar saja, karena sebelumnya mereka lumayan stress menjalankan tugas sebagai pengawas pemilu kepala daerah di Padang Pariaman, bagian dari Pilkada serentak yang dihajat KPU di seluruh Indonesia 9 Desember tahun silam.

“Kami sengaja menggelar pembubaran Panwascam ini di Anai Resort agar kawan-kawan bisa mengakhiri tugas sekaligus berwisata alami dengan keluarga menghapus kejenuhan setelah bekerja yang lumayan menyita tenaga, waktu, fikiran,” tukas Riki Valentino, Kepala Sekretariat Panwas Kabupaten Padang Pariaman.

Sebelum acara bebas menikmati asrinya alam di kawasan Anai Resort yang lokasinya persis di kaki Gunung Tandikek pada Minggu sore, pagi harinya dilansungkan fokus diskusi group (FGD). Sebanyak 51 anggota Pannwas dari 17 kecamatan plus beberapa pimpinan organisasi masyarakat serius membahas berbagai persoalan pilkada dipandu narasumber Indra Jaya.

Meski penyelenggaraan Pilkada di Padang Pariaman berjalan lancar, secara teknis ternyata masih menyimpan sekelumit persoalan kecil yang diyakini bisa diperbaiki dalam melaksanakan helat yang sama pada waktu mendatang.

Di antara persoalan tersebut menyangkut kotak suara yang tidak cukup, pendistribusian pemberitahuan tertulis yang tidak merata ke seluruh pemilih, larangan kepada calon pemilih yang tidak mendapatkan surat pemberitahuan, daftar pemilih tetap (DPT) yang tidak ditempelkan di tempat umum.

Sementara yang cukup krusial adalah  pelaksanaan bimbingan teknis terhadap penyelenggara yang kurang sempurna dan terlibatnya penyelenggara sebagai tim pendukung pasangan calon tertentu.

Dalam diskusi tersebut berhasil diungkap, penyebabnya adalah kekurangprofesionalan penyeleggara yang diawali dari rekrutmen. Rekrutmen penyelenggara untuki tingkat lokasi pemungutan suara cenderung dilakukan keluargaisme dan orang-orang yang sama dalam berbagai kesempatan.

Namun hal ini bisa diantisipasi jika pola bimbingan teknis yang selama ini dilaksanakan ke depannya diganti dengan memperbanyak simulasi. Terhadap keterlibatan penyelenggara yang mendukung pihak tertentu, diperlukan untuk menguji integritas dan keindependenan mereka yang akan merekrut penyelenggara di tingkat TPS.

Rakor Evaluasi Pengawasan Pilkada

Pembubaran 51 anggota Panwascam se Padang Pariaman ini dibentang dalam rapat koordinasi evaluasi pengawasan Pilkada yang diawali sehari sebelumnya. Dalam rakor yang berlansung Sabtu (30/1) sore tersebut menghadirkan narasumber Vifner (Ketua KPU Padang Pariaman), Hari Iskandar Effendi dan Fauzan Azim  dari unsur akademisi yang pernah menjadi anggota tim seleksi anggota KPU.

Ketua Panwas Padang Pariaman Syaiful al Islami dalam sambutannya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas terselenggaranya Pilkada Padang Pariaman yang aman dan damai. Panwas yang mengusung tema “Pengawasan mengutamakan pencegahan” bisa diimplementasikan oleh segenap jajarannya.

“Terhadap hasil Pilkada Padang Pariaman, bagi kita di jajaran pengawas tidak akan membuat kita bangga ataupun kecewa. Tetapi ini adalah kemenangan bersama kita dan Padang Pariaman,” katanya tegas.

Sementara Ketua KPU Vifner dalam pandangannya menyebutkan, idealnya Panwas harus lebih menguasai persoalan Pemilu dibanding KPU sebagai penyelenggara pada setiap tingkatannya. Demikian juga soal kehadiran masing-masing lembaga.

“Fakta yang terjadi, secara teknis penyelenggara yang lebih paham. Sementara Panwas hanya secara umum. Demikian juga dengan keberadaannnya, pada saat penyelenggara yang merupakan jajaran KPU sudah eksis bekerja, sementara jajaran pengawas baru terbentuk dan diberi bimbingan teknis,” kata Vifner.

Kondisi yang disampaikan Vifner ditanggapi narasumber Hari Iskandar Effendi. Menurut putra Sungailimau, Padang Pariaman yang akrab disapa Ajo Hari, persoalan demi persoalan yang dihadapi bangsa ini, terutama untuk urusan Pemilu, bersumber dari hulu terikat oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan di dalamnya.

Ajo Hari mencontohkan, pemilu sudah dijadwalkan sementara Undang-undang dengan segala aturannya belum siap, lalu dikebut, sehingga hasilnya tidak maksimal. “Inilah tantangan yang dihadapi bangsa kita, kenapa masalah demi masalah selalu muncul? Karena kita cenderung mengedepankan keegoan, sehingga pada akhirnya kita tidak menemukan lagi orang yang bisa dijadikan tauladan,” kritiknya tegas.

Ditegaskan Ajo Hari, kualitas penyelenggaraan  pemilu tidak hanya ditentukan oleh personel penyeleggara saja, tapi juga ditentukan oleh partai politik dan masyarakat secara luas.

Hal yang tak begitu jauh berbeda disampaikan narasumber Fauzan Azim. Menurutnya regulasi (aturan yang berjenjang) dalam pelaksaaan pemilu terkait pengawasan dan penyelenggaraan belum begitu sempurna.

“Masalah akan mudah muncul jika aturan itu sendiri sudah bermasalah, sehingga pengawas dalam sebuah pemilu seperti menjunjung beban berat dengan singgulung batu,” tegasnya.

Menanggapi penjelasan Ketua KPU dan Narasumber, Ketua PWI Padang Pariaman Ikhlas yang hadir pada kesempatan tersebut menyarankan agar putra Minangkabau harus ikut berkiprah di pentas nasional seperti halnya Ketua KPU Pusat Husni Kamil Manik yang sebelumnya komisioner KPU Sumatera Barat. “Sudah saatnya kembali putra Minang memegang peran penting di republik ini,” katanya.

Pada kesempatan tersebut  kepada Panwascam terbaik juga diserahkan penghargaan. Berurutan, Panwas Patamuan, Batang Anai, Batang Gasan dan Lubuk Alung.

Komentar