Kunjungan Kerja Komisi IV DPRD Padang Pariaman ke Makassar: Fantastis, PAD dari Pajak Sektor Pariwisata Hampir Rp 200 Milyar Setahun

Ketua Komisi IV DPRD Kab. Padang Pariaman Jon Hendri Serahkan Plakat Daerah kepada Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pemko Makassar Rusmayani Madjid
Makassar (14/12/2015). Menjelang berakhirnya tahun 2015, Komisi IV DPRD Padang Pariaman mengunjungi Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pemko Makassar dalam rangkaian kegiata rutin yang bertajuk kujungan kerja (Kunker).
Kunjungan ke kantor yang beralamat di Jalan Urip Sumoharjo ini merupakan kunjungan hari pertama Senen (14/12). Seluruh anggota dewan dari komisi ini hadir, ditambah dari unsur SKPD yang menjadi mitra. Staff ahli bupati Akhiruddin dan Kepala Dinas Kesehata yang diwakili Kabid Pelayanan Kesehatan Syaiful Bahri.

Dalam suasana hangat dan ramah, rombongan disambut Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pemko Makassar Rusmayani Madjid, Kabid Pengembangan Pariwisata Andika, Kabid Peningkatan SDM dan Masyarakat Amri, serta Kasi Promosi Pariwisata Merita Ikawita.
Menurut Kadis Rusmayani, keinginan untuk melakukan studi banding ke Sumatera Barat sudah tercetus sejak lama. Karena Sumbar yang identik dengan Ranah Minang punya alam, adat dan budaya yang tak kalah dengan daerah lainnya.

“Di samping itu, teman kuliah saya dalam menyelesaikan pendidikan strata dua (S2) di Bandung beberapa tahun lalu, banyak orang Minang. Di antaranya Indra Catri dan Nasrullah Israr. Tapi keinginan itu belum dapat saya penuhi hingga saat ini, karena terhalang jarak, waktu dan biaya,” kata Rusmayani.

Di Makasar menurut Rusmayani, meskipun kunjungan wisata selalu meningkat, tapi masih dianggap sebagai SKPD pilihan. Tapi sumbangan PAD dari sektor ini sekitar Rp 185 milyar untuk 2015 dan ditargetkan sebesar Rp 197 milyar pada 2016.

Perempuan Dilarang Pakai Rok Mini
 
Dalam mengembangkan pariwisata dan meningkatkan jumlah kunjungan, banyak cara yang ditempuh dinas ini. Misalnya melakukan kunjungan eksibisi  ke daerah lain seperti Manado, Bali dan Jakarta. Di sana dipromosikan pariwisata Makassar secara rinci, sehingga wisatawan di sana menjadi berkeinginan ke Makassar.

Di samping itu, juga meggunakan konsep rencana induk pariwisata daerah (Ripda). Di mana event-event wisata dihadirkan pada setiap kecamatan dan kawasan serta dijadikan kalender rutin. ”Ada event berskala besar, dan ada juga yang berskala kecil, sehingga saling dukung,” jelas Rusmayani.

Ditambahkan Kabid Pengembangan Andika, pengembangan pariwisata Makassar disesuaikan dengan segmen pasar kunjungan. Karena yang berkunjung ke Makassar lebih didominasi oleh wisatawan Eropa, maka pengembanganya disesuaikan pula dengan itu.

“Jika dilakukan kalkulasi terhadap kunjungan wisatawan ke Makassar, lebih besar kepada wisata sejarah dan kuliner dibanding dengan wisata pantai. Ke depannya kami juga tengah memprogram destiasi wisata halal,” jelasnya.

Mendukung hal tersebut menurut Kabid Peningkatan SDM Amri, tengah dipersiapkan sejumlah aturan. Misalnya saja, bagi perempuan-perempuan Makassar, dilarang memakai rok  yang tigginya lebih dari 3 cm. Terhadap wisatawan juga dilakukan aturan-atran standar yang sesuai dengan adat dan budaya Makassar.

Ke depan kata Amri, mengantisipasi kebocoran pendapata dari sektor ini, pada setiap hotel akan dipasang alat pendeteksi jumlah tamu, sehingga dapat di kontrol setiap waktu jumlah tamu, sehingga dengan sendirinya juga bisa dihitung lansung pendapatannya.

Terhadap wisata kuliner, Makassar justru tertinggal dari Ranah Minang. Karena Sate dan Rendang Minang sudah terdaftar sebagai kuliner nusantara.

Sebelumnya, Ketua Komisi IV Jon Hendri menyebut, dipilihnya Makassar sebagai tujuan kunjungan didasari oleh sejumlah hal. Di antaranya, Makassar punya konsep pengembangan pariwisata yang bagus sehingga jumlah kunjngan selalu menigkat.

Di akhir pertemuan, kedua belah pihak sepakat untuk berpromosi bersama meskipun tidak berdampingan, serta saling bertukar cenderamata. (Kontributor: Ikhlas Chaniago)

Komentar